6 Serba-Serbi Perkembangan Anak dan Pembelajaran Usia Dini yang Orang Tua Harus Tahu

Serbi Perkembangan Anak dan Pembelajaran Usia Dini  Tak bisa dipungkiri, anak adalah anugerah terindah yang pernah Tuhan berikan bagi orang tua. Dilansir dari Buku Penuntun Hidup Sehat,

penelitian mutakhir mengungkapkan bahwa sampai dengan usia lima tahun sangat penting bagi perkembangan otak, sedangkan usia sampai dengan tiga tahun sangat penting bagi pembentukan otak.

Agar tak salah langkah dalam membesarkan anak, ketahui serba-serbi perkembangannya berikut sebagaimana dilansir dari buku yang sama:

Perkembangan Anak dan Pembelajaran Usia Dini

1. Usia dini, terutama usia tiga tahun pertama, masa yang sangat penting bagi pembentukan otak bayi.

Otak seorang anak berkembang dengan cepat sampai dengan usia lima tahun, terutama pada usia 3 tahun pertama.

Pada periode ini kemampuan pengenalan, bahasa, sosial, emosi dan gerak berkembang dengan cepat.

Contohnya, pada usia 15-18 bulan kemampuan anak untuk mengenal banyak kosakata.

Pembelajaran bahasa ini berlangsung hingga usia pra sekolah. Segala yang ia lihat, raba, cicipi, cium atau dengar akan berpengaruh terhadap bagaimana otak berpikir, merasa, bergerak dan belajar.

Baca Juga :

2. Bayi belajar dengan pesat sejak ia lahir

Butuh sinergi yang pas agar kemampuan belajar anak tumbuh pesat sejak ia lahir.

Perhatian dari kedua orang tua, serta pengasuh yang memberikan perhatian, gizi yang baik, perawatan kesehatan yang memadai hingga perlindungan akan membuat anak tumbuh dan belajar dengan baik.

3. Mendorong anak untuk bermain dan melakukan penjelajahan, membantu anak untuk belajar dan berkembang, baik dari aspek sosial, emosi, fisik dan intelektualnya.

Anak bermain, karena menyenangkan. Bermain juga merupakan kunci untuk perkembangan belajar mereka.

Bermain, baik secara terstruktur mapun tidak terstruktur menjadi landasan bagi perkembangan anak untuk pembelajaran masa mendatang ataupun keterampilan hidupnya.

Semuanya ini akan sangat membantu agar anak siap untuk sekolah

4. Anak belajar tentang bagaimana berperilaku (secara sosial dan emosional) dengan cara meniru perilaku orang yang paling dekat dengan mereka.

Dengan mengamati dan meniru orang lain, anak belajar bagaimana bergaul.

Mereka belajar tentang berbagai perilaku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima.

Berbagai contoh yang diberikan orang dewasa, kakak, dan anak lain merupakan pengaruh yang kuat dalam membentuk perilaku dan kepribadian anak.

Salah satu cara anak belajar adalah meniru berbagai hal yang dilakukan orang lain.

Jika laki-laki dan perempuan tidak diperlakukan setara, anak akan mengamati, belajar dan mungkin meniru perilaku ini.

Jika orang dewasa berteriak, berlaku kasar, bersikap diskriminatif, anak akan belajar jenis perilaku ini.

Jika orang dewasa memperlakukan orang lain dengan santun, hormat dan sabar, maka anak akan mengikuti contoh mereka.

5. Masuk sekolah dasar pada waktu yang tepat sangat penting bagi perkembangan anak, karenanya dukungan orang tua, pengasuh, guru, dan masyarakat adalah hal yang penting.

Hampir di setiap negara, anak mulai masuk sekolah dasar sekitar usia enam atau tujuh tahun.

Mulai masuk sekolah merupakan hal penting bagi perkembangan anak.

Anak perempuan dan laki-laki harus mulai sekolah pada usia yang tepat (sesuai dengan kebijakan pemerintah).

Pada saat mereka masuk sekolah, mereka harus memiliki pengetahuan dasar, keterampilan bahasa dan kompetensi sosial serta perkembangan emosi yang cukup sehingga mereka dapat menikmati proses belajar dalam lingkungan sekolah yang resmi.

6. Semua anak tumbuh dan berkembang dalam pola yang sama, tetapi setiap anak berkembang sesuai dengan kemampuannya. Setiap anak memiliki minat sendiri, perangai sendiri, dan cara berinteraksi sosial serta pendekatan khas terhadap pembelajaran.

Dengan mengamati bagaimana anak bereaksi terhadap sentuhan, suara dan cahaya, orang tua dapat mengenal ciri-ciri berbagai kemungkinan masalah perkembangan atau kecacatan.

Jika seorang anak berkembang lambat, orang tua atau pengasuh dapat membantunya dengan meluangkan waktu lebih lama bersama anak, bermain dan bicara kepada anak serta memijat tubuh anak.

Jika anak tidak memberikan reaksi terhadap perhatian dan rangsangan, maka orang tua dan pengasuh harus minta pertolongan kepada petugas kesehatan terlatih.

Memberikan pertolongan dengan segera menjadi sangat penting. Orang tua dan pengasuh harus mendorong kemungkinan perkembangan terbesar kemampuan anak.