ASI merupakan makanan pokok bagi bayi yang baru lahir. ASI merupakan cairan bernutrisi tinggi yang dilengkapi dengan antibodi untuk pertumbuhan dan kesehatan bayi.
Akan tetapi ada gangguan langka pada tubuh bayi yang tidak bisa mencerna zat yang ada dalam ASI yang dinamakan galaktosemia.
Di Indonesia sendiri kasus galaktosemia baru di temukan pada tahun lalu yaitu 2019 pada seorang bayi NTT bernama Gloria.
Gloria mengalami gejala tubuh yang berwarna kuning, zat besi tinggi dan pembesaran hati saat berusia 7 hari setelah dilahirkan.
Gangguan ini merupakan masalah serius yang dapat menyebabkan risiko kematian pada bayi.
Apa sih sebenarnya penyakit itu? Berikut ini akan dibahas Seputar galaktosemia yang perlu Bunda tahu.
Pengertian galaktosemia
Galaktosemia merupakan gangguan metabolik yang terjadi pada tubuh bayi dalam mencerna galaktosa dan laktosa (turunan galaktosa).
Galaktosa adalah salah satu zat yang terkandung dalam ASI dan susu formula.
Galaktosa dan laktosa adalah kandungan yang sangat penting yang oleh tubuh bayi normal akan diubah menjadi energi guna proses pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Penyebab galaktosemia adalah adanya mutasi gen dan enzim yang berperan dalam mencerna galaktosa.
Enzim yang dimaksud tersebut adalah enzim Galt. Ketiadaan enzim ini membuat galaktosa yang dikonsumsi bayi menumpuk dalam tubuh dan bisa merusak organ hati.
Rusaknya organ hati ini yang menyebabkan tubuh bayi menguning.
Ada 3 kategori galaktosemia yaitu klasik, galaktokinase dan galaktosa epimerase. klasik adalah yang paling parah dan biasa disebut dengan tipe I.
Gejala yang dialami oleh bayi yang menderita kelainan jenis ini adalah lesu, susah makan, gangguan pertumbuhan, warna kuning pada mata dan kulit, fungsi hati yang terganggu dan pendarahan yang tidak normal.
Jika tidak terdeteksi sejak dini dan mendapatkan penanganan dari dokter, bayi akan mengalami katarak, susah bicara sampai gangguan intelektual.
Penyebab galaktosemia klasik adalah kelainan genetik atau bisa juga akibat syok dan sepsis atau infeksi bakteri.
Galaktokinase atau biasa disebut galaktokemia tipe II merupakan jenis penyakit yang jarang terjadi.
Tidak seperti tipe I yang sangat parah, akibat yang timbul dari kelainan ini adalah katarak lanjutan, dan komplikasi jangka panjang pada tubuh bayi.
Tipe III dari galaktosemia adalah galaktosa epimerase.
Bayi yang mengalami ini biasanya beresiko mengidap katarak, cacat intelektual, gangguan pertumbuhan dan perkembangan, gangguan hati dan ginjal jika tidak segera ditangani sejak dini.
Baca Juga : Susu SGM Soya Takaran, 2 Manfaat Dan Harga
Hal yang dilakukan pada bayi yang mengidap galaktosemia
Jika bayi mengalami gejala galaktosemia seperti yang sudah disebutkan di atas, Bunda segera ke dokter.
Dokter akan memastikan dengan mengecek urin dan sampel darah dari tumit bayi.
Jika terbukti bayi mengalami galaktosemia, dokter akan memberikan menu diet untuk bayi Bunda.
Menu diet tersebut adalah makanan yang tidak mengandung galaktosa dan laktosa sehingga susu dan turunannya seperti keju, es krim, mentega dan produk susu lainnya sangat dihindari.
Bayi Bunda hanya bisa mengonsumsi susu kedelai atau susu almond sebagai pengganti ASI dan susu sapi, minyak kelapa sebagai pengganti mentega dan sorbet
Sebagai pengganti es krim dan makanan lainnya yang tidak mengandung galaktosa dan laktosa (turunan galaktosa).
Konsumsi vitamin dan mineral dari suplemen menjadi solusi untuk melengkapi nutrisi buah hati.
Walaupun nantinya bayi Bunda tidak bisa mencerna galaktosa dan laktosa seumur hidupnya, buah hati bunda masih bisa hidup normal kok.
Demikian informasi seputar penyakit ini. Galaktosemia merupakan kelainan genetik dan bisa diturunkan. Semoga artikel ini bermanfaat ya Bunda.